Sejarah Singkat Kesehatan Mental dalam Hubungan Pasangan Muda
Dahulu sebelum tahun 1980-an, Kesehatan mental dalam hubungan jarang dibahas secara terbuka. Peran gender yang begitu kaku, pria pencari nafkah, wanita pengurus rumah tangga. Konflik atau stres dianggap masalah pribadi, bukan sesuatu yang perlu didiskusikan secara psikologis.
Pada saat itu, mungkin Konseling pernikahan sudah ada, tetapi lebih fokus pada mempertahankan hubungan, bukan kesejahteraan emosional individu di dalamnya.
Memasuki Era 1990-an – 2000-an, Kesadaran tentang pentingnya keseimbangan emosi dan komunikasi mulai berkembang. Seiring berjalannya waktu, Psikologi populer semakin meningkat, banyak buku dan talk show membahas peran emosi dan hubungan. Konseling pranikah mulai diperkenalkan lebih luas.
Pada Tahun 2010 ke atas, isu kesehatan mental menjadi lebih mainstream, terutama di kalangan kaum milenial. Terjadi pergeseran diantaranya hubungan tidak hanya soal “bertahan”, tapi soal tumbuh bersama secara emosional.
Media sosial memberi ruang diskusi terbuka, tetapi juga menambah tekanan pada hubungan karena ekspektasi dan perbandingan sosial.
Informasi terkini memasuki tahun 2020-an, tren positif kesadaran semakin meningkat. Banyak pasangan muda mulai terbuka untuk konseling dan terapi. Pasangan saling mendukung, semakin banyak pasangan yang belajar saling memvalidasi emosi dan membentuk safe space bersama. Digitalisasi bantuan mental Aplikasi konseling online dan tes psikologi semakin mudah diakses.
Tantangan baru bagi para pasangan muda, Tekanan finansial dan karier, pasangan muda kini banyak menghadapi beban ekonomi di tengah tuntutan hidup modern. Belum lagi media sosial, sering memicu perasaan insecure atau kecemburuan dalam hubungan. Overthinking & burnout, banyak pasangan overanalisis hubungan mereka, ditambah kelelahan mental karena multitasking (kerja, rumah tangga, sosial, dsb).
Fakta menarik menurut WHO dan data lokal (Indonesia), pasangan muda yang aktif menjaga komunikasi dan saling mendukung kesehatan mental punya risiko perceraian lebih rendah. Penelitian juga menunjukkan bahwa pasangan yang menjalani counseling pranikah atau pasca-menikah memiliki tingkat kepuasan hubungan yang lebih tinggi. Salah satu topik paling sering dibahas di ruang konseling pasangan muda adalah manajemen emosi, kepercayaan, dan ekspektasi terhadap pasangan.
Untuk itu, idbanten.com berkesempatan membahas terkait Kesehatan mental bagi pasangan muda dengan Psikolog Winy Nila Wisudawati. Beliau adalah Psikolog sekaligus Akademisi yang mengajar di Fakultas Psikologi Universitas Mercubuana Jakarta. Sekarang menjabat sebagai Ketua Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia Wilayah Banten (APPI Banten).
Terima kasih sudah meluangkan waktu, Ibu Winy. Topik kita hari ini adalah kesehatan mental dalam pasangan muda. Mungkin bisa dimulai dengan pertanyaan dasar: Mengapa kesehatan mental penting dalam hubungan pasangan muda?
Baik, Terima kasih kepada idbanten.com yang sudah mengangkat topik ini. Cukup menarik topiknya. Kesehatan mental merupakan fondasi dari komunikasi, kepercayaan, dan rasa aman dalam hubungan. Pasangan muda biasanya masih dalam proses adaptasi, jadi penting sekali untuk menyadari bahwa emosi, stres, dan cara berpikir masing-masing bisa memengaruhi dinamika hubungan mereka.
Apa saja tantangan kesehatan mental yang biasanya dihadapi oleh pasangan muda?
Beberapa tantangan umum adalah kecemasan terhadap masa depan, ekspektasi yang tidak realistis, tekanan dari keluarga atau lingkungan sosial, hingga konflik internal yang belum selesai dari masa lalu. Selain itu, adaptasi terhadap peran baru, misalnya setelah menikah, juga bisa menjadi beban mental tersendiri.
Bagaimana pasangan muda bisa saling mendukung kesehatan mental satu sama lain?
Kuncinya ada pada komunikasi yang terbuka dan empatik. Luangkan waktu untuk mendengarkan tanpa menghakimi. Validasi perasaan pasangan, bahkan jika kita tidak sepenuhnya mengerti. Dan tentu, dorong pasangan untuk mencari bantuan profesional jika perlu. Ini bukan tanda lemah, tapi justru tanda kedewasaan diri.
Apa tanda-tanda pasangan harus mencari bantuan profesional?
Jika komunikasi terus-menerus memicu konflik, ada perasaan tidak aman dalam hubungan, salah satu atau keduanya merasa depresi atau cemas berkepanjangan, atau jika masalah pribadi mulai mengganggu kehidupan sehari-hari dan hubungan, sebaiknya segera konsultasi ke psikolog atau konselor.
Apakah ada tips sederhana yang bisa diterapkan pasangan muda untuk menjaga kesehatan mental?
Tentu saja ada. Beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Jadwalkan waktu berkualitas bersama.
- Terapkan batasan pribadi dan saling menghargai pasangan.
- Jaga pola hidup sehat—makan cukup, tidur cukup, dan olahraga.
- Jangan ragu berdiskusi soal emosi dan beban masing-masing.
- Praktikkan rasa syukur dan apresiasi satu sama lain, sekecil apa pun.
Terima kasih atas insight-nya, Ibu Winy. Semoga wawancara ini bisa membantu banyak pasangan muda menjaga hubungan mereka tetap sehat, baik secara emosional maupun mental.
Sama-sama, semoga bermanfaat dan jangan lupa—hubungan yang sehat dimulai dari individu yang sehat secara mental juga ya.
BIODATA
WINY NILA WISUDAWATI, S.Psi., M.Psi
Riwayat Pendidikan
S2 Magister Profesi : 2013 – 2016 Psikologi Universitas Tarumanagara , Jakarta
S1 Psikologi : 2006 – 2010 Universitas Tarumanagara , Jakarta
SMA : SMA NEGERI 7 KOTA TANGERANG
SMP : SMP ISLAMIC VILLAGE TANGERANG
SD : SD ISLAMIC VILLAGE TANGERANG
Riwayat Pekerjaan
CEO Dewantara Psychology Consultant
Praktik Psikologi
- Syafana Islamic School
- APDC (Analisa Personality Development Center) Indonesia
- Santosha
- Sekardiu
- Dewantara Psychology Consultant
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana, Jakarta
Project Bersama
- Yayasan BUMN
- Abang dan None Jakarta Pusat – Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jakarta Pusat
- DP3A (Dinas Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak) Kab. Tangerang
- P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak) Kab. Tangerang
- PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga) Kab. Tangerang
- PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) – Kab. Tangerang
- GOW (Gabungan Organisasi Wanita) Kab. Tangerang
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Pusat
- Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan
- Kementerian Perhubungan
- Bank Indonesia
- Summarecon Serpong
- MIG Palm Oil
- Bukit Asam Tbk.
- Rumah Sakit Islam Jakarta
- BRI
- Telkom
- Yayasan BUMN
Organisasi
Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia (APPI) Wilayah Banten, Ketua periode 2024-2028. (*)